Minggu, 19 April 2015

Belajar Idiom (Lagi)

Perjumpaan kita dengan idiom-idiom bahasa Inggris terkadang membuat kita jumpalitan kebingungan. Penyebabnya adalah karena banyak idiom bahasa Inggris yang tak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Atau juga, karena berbagai idiom tersebut belum pernah kita dengar sama sekali, hal ini tentu saja membuat kita akan kebingungan ketika bersua dengan berbagai ungkapan-ungkapan tersebut.

Pernahkah Anda umpamanya mendengarkan ungkapan ‘Heads will roll’? Apakah itu berarti akan ada kepala yang dipancung sehingga menggelinding? Ternyata tidak oh tidak. Idiom itu bermakna ada seseorang yang akan menerima hukuman. Contoh dalam kalimat adalah seperti ini: I’m pretty sure that heads will roll for this mistake. (Saya amat yakin atau cukup yakin bahwa seseorang akan dihukum karena kesalahan ini).

Ada juga ungkapan ‘in black and white’, ini tentu saja artinya adalah in writing, artinya harus secara tertulis. Dalam bahasa kita istilah ini dikenal dengan sebutan ‘hitam di atas putih’. Selain itu, dalam idiom bahasa Inggris juga kita mengenal ungkapan ‘in the black’ dan ‘in the red’. Apa bedanya? Kalau in the black itu artinya making money (successful) sebaliknya, in the red artinya losing money (unprofitable). Contoh dalam kalimat: Many Indonesian companies began to go into the red when the price of oil began to rise rapidly, just like what we saw in the news recently.
Lain lagi ungkapan ‘mean business’, itu artinya you have to be serious. Conoth: ‘Admin Kompasiana means business when he tells every Kompasianer to write good article and not to write such a hoax article.’

Nah, seorang akuntan di Amerika sering disebut juga sebagai ‘number-cruncher’. Lantas kita bertanya, apa sih arti number-cruncher itu? Pokoknya seseorang yang bekerja dengan angka-angka, akuntan umpamanya, maka mereka disebut juga sebagai number-cruncher.Asyik juga sebutannya yah.


Apa pula yang dimaksud dengan ‘strike while the iron is hot’? Saya pernah mendapat kalimat seperti itu sewaktu menjadi pembicara, untuk memotivasi anak-anak muda Indonesia di New York beberapa tahun yang lalu. Salah seorang anak muda di ruangan itu berkata ke kawan di sebelahnya, ‘we decided to strike while the iron was hot and began to sell our books around the time of President visitation’. Waktu itu akan ada rombongan Presiden Indonesia yang berkunjung ke Amerika, dan mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk menjual buku. Strake while the iron is hot bukanlah sebuah jurus kungfu, bukan juga bercerita tentang setrika (iron) yang panas. Arti ungkapan tersebut adalah mengambil keuntungan dari sebuah kesempatan. Namun jangan disejajarkan dengan ungkapan pribahasa kita yang berkata, ‘mengambil kesempatan dalam kesempitan’ yah, sebab artinya beda jauh.

Ada juga idiom ‘tight spot’. Ini artinya kita lagi berada pada situasi yang sangat sulit. Contohnya pada kalimat ini, ‘Indonesia has been in a tight spot since the oil price going higher and higher every day’.


Ada juga istilah ‘tall poppy sindrome’. Makanan jenis apa pula ini? Ternyata usut punya usut, itu adalah ungkapan terhadap sebuah situasi di mana orang yang tidak suka dan selalu sirik dengan keberadaan atau keberhasilan kita. Mungkin di antara sengitnya perseteruan DPRD dan Ahok (Pemprov DKI) akan banyak bermunculan sikap-sikap sirik dan tidak senang seperti itu. Kalau dalam bahsa kita sikap orang-orang seperti itu sering disebutkan dengan ungkapan ‘sirik tanda tak mampu’. Semoga kita semua dimampukan untuk menghargai hasil karya orang lain. Salam hangat selalu. Cheers! —Michael Sendow—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar