Perjumpaan
kita dengan idiom-idiom bahasa Inggris terkadang membuat kita
jumpalitan kebingungan. Penyebabnya adalah karena banyak idiom bahasa
Inggris yang tak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Atau juga, karena
berbagai idiom tersebut belum pernah kita dengar sama sekali, hal ini
tentu saja membuat kita akan kebingungan ketika bersua dengan berbagai
ungkapan-ungkapan tersebut.
Pernahkah Anda umpamanya mendengarkan ungkapan ‘Heads will roll’?
Apakah itu berarti akan ada kepala yang dipancung sehingga
menggelinding? Ternyata tidak oh tidak. Idiom itu bermakna ada seseorang
yang akan menerima hukuman. Contoh dalam kalimat adalah seperti ini: I’m pretty sure that heads will roll for this mistake. (Saya amat yakin atau cukup yakin bahwa seseorang akan dihukum karena kesalahan ini).
Ada juga ungkapan ‘in black and white’, ini tentu saja artinya adalah in writing,
artinya harus secara tertulis. Dalam bahasa kita istilah ini dikenal
dengan sebutan ‘hitam di atas putih’. Selain itu, dalam idiom bahasa
Inggris juga kita mengenal ungkapan ‘in the black’ dan ‘in the red’. Apa bedanya? Kalau in the black itu artinya making money (successful) sebaliknya, in the red artinya losing money (unprofitable). Contoh dalam kalimat: Many Indonesian companies began to go into the red when the price of oil began to rise rapidly, just like what we saw in the news recently.
Lain lagi ungkapan ‘mean business’, itu artinya you have to be serious. Conoth: ‘Admin Kompasiana means business when he tells every Kompasianer to write good article and not to write such a hoax article.’
Nah, seorang akuntan di Amerika sering disebut juga sebagai ‘number-cruncher’. Lantas kita bertanya, apa sih arti number-cruncher itu? Pokoknya seseorang yang bekerja dengan angka-angka, akuntan umpamanya, maka mereka disebut juga sebagai number-cruncher.Asyik juga sebutannya yah.
Apa pula yang dimaksud dengan ‘strike while the iron is hot’? Saya pernah mendapat kalimat seperti itu sewaktu menjadi
pembicara, untuk memotivasi anak-anak muda Indonesia di New York
beberapa tahun yang lalu. Salah seorang anak muda di ruangan itu berkata
ke kawan di sebelahnya, ‘we decided to strike while the iron was hot and began to sell our books around the time of President visitation’.
Waktu itu akan ada rombongan Presiden Indonesia yang berkunjung ke
Amerika, dan mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk menjual buku. Strake while the iron is hot
bukanlah sebuah jurus kungfu, bukan juga bercerita tentang setrika
(iron) yang panas. Arti ungkapan tersebut adalah mengambil keuntungan
dari sebuah kesempatan. Namun jangan disejajarkan dengan ungkapan
pribahasa kita yang berkata, ‘mengambil kesempatan dalam kesempitan’
yah, sebab artinya beda jauh.
Ada juga idiom ‘tight spot’. Ini artinya kita lagi berada pada situasi yang sangat sulit. Contohnya pada kalimat ini, ‘Indonesia has been in a tight spot since the oil price going higher and higher every day’.
Ada juga istilah ‘tall poppy sindrome’.
Makanan jenis apa pula ini? Ternyata usut punya usut, itu adalah
ungkapan terhadap sebuah situasi di mana orang yang tidak suka dan
selalu sirik dengan keberadaan atau keberhasilan kita. Mungkin di antara
sengitnya perseteruan DPRD dan Ahok (Pemprov DKI) akan banyak
bermunculan sikap-sikap sirik dan tidak senang seperti itu. Kalau dalam
bahsa kita sikap orang-orang seperti itu sering disebutkan dengan
ungkapan ‘sirik tanda tak mampu’. Semoga kita semua dimampukan untuk
menghargai hasil karya orang lain. Salam hangat selalu. Cheers! —Michael Sendow—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar