Is Your English Perfect Enough?
“Melakukan kekeliruan itu manusiawi.”
“Menunjukkan kepada
seseorang bahwa ia keliru adalah hal biasa, namun menyadarkannya akan kebenaran
itu adalah luar biasa.”---John Locke.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki saya di Amerika, saya
benar-benar terhenyak dan tersadar. Ternyata apa yang selama ini saya kuasai
dan yang saya yakini yaitu bahwa kemampuan berbahasa Inggris saya sudah lebih
dari cukup, paling tidak di atas rata-rata. Excellent
dan mendekati ‘perfect’, ternyata nothing.
Semakin saya merasa bahwa saya mengerti dan tahu banyak, semakin sadar saya
bahwa lebih banyak yang saya tidak (belum) tahu dan paham.
Pertanyaan pertama yang pernah diajukan teman saya orang
Amerika adalah: “Coba kamu sebutkan kalimat pendek dalam Bahasa Inggris yang di
dalamnya terkandung semua abjad, A—Z.” Jelas saya bingung. Tak bisa dan tak
siap ditodong seperti itu. Tiga hari berlalu, belum sanggup saya membuat
kalimat pendek berisi semua abjad. Ia pun memberi tahu saya satu contoh sederhana
yang di dalamnya terkandung semua abjad misalnya “A quick brown fox jumps over
the lazy dog.” Seekor musang cokelat yang gesit melompat di atas anjing
yang malas.
Pengertian, penguasaan dan pendalaman kita akan suatu bahasa
ternyata sangat penting. Penting bagi pengucap maupun pendengar. Bahkan orang
Amerika sendiri banyak yang tidak mengetahui istilah-istilah dalam Bahasa
Inggris. Ada
kata-kata yang mungkin bagi kita sederhana tapi belum sekali pun pernah mereka
dengar. Misalnya teman white people
saya yang bingung mengartikan atau memahami kata Coup, Xenophobia
dan Wormwood.
Adakah yang tahu kata apa yang paling panjang dalam bahasa Inggris? Nah, di
bawah ini adalah beberapa kata yang menurut catatan masih merupakan kata
terpanjang yang pernah ada sampai saat ini. Honorificabilititudinity,
yang ditemukan dalam “Love’s Labor Lost”
karya William Shakespeare, babak 5 adegan 1, baris ke-44. Dokter Benson diakui
jasanya karena menemukan antidisestablishmentarianism. Pada
tulisan kimia maka kita menemukan kata ini Paraoxymentamethoxyallylbenzene. Kata
tersebut mengandung 31 huruf!
Mari kita melihat dan terbang sedikit ke kampung halaman
saya Manado . Di
tempat saya dibesarkan itu ternyata banyak juga kata-kata atau ucapan-ucapan
yang paradoksal dan tentu saja menjebak serta membingungkan dalam
mengartikannya. Kalau di Minahasa dan Manado
ada istilah “Kong kacili jo” artinya, Besar sekali atau gede banget atau
sangat besar. “Kong gagah jo” artinya, jelek sekali. “Kong pende jo” artinya,
panjang sekali. “Kong sadiki jo” artinya, banyak sekali/sangat banyak. Itu
adalah ungkapan-ungkapan paradoksal. Kalau di Amerika ada ungkapan sejenis itu,
misalnya mereka mengatakan “bagus”
tapi sebenarnya lawan dari kata itulah yang hendak mereka sampaikan. Maksud
tersirat dari ungkapan mereka jelas terdengar lewat intonasi dan atau
artikulasi pengucapannya. Ini banyak
dijumpai seandainya misalnya Anda berbicara kasar atau kotor terhadap
seseorang, lalu ada yang mengomentari Anda seperti ini “Nice!” itu artinya
justru sebaliknya. Ia lagi menyindir Anda. Atau suatu ketika Anda berbuat
kesalahan lalu boss Anda mengatakan “How Wonderful!” Jangan langsung
tersenyum bangga dan puas, karena itu artinya ia sementara menyindir Anda, atau
menegur dengan keras, dengar tekanan suaranya, pastilah mengandung intimidasi
berupa teguran! Atau ketika ia berseru dengan lantangnya “Great!” pada saat kopi
hitam Anda tuang ke kemeja putihnya. Hati-hati, “great”nya boss Anda kemungkinan berujung pada termination, bukannya lagi memuji. Saya pernah mendengar karyawan
yang dipecat mengucapkan “Thank You” Tapi lafal dan intonasi
serta artikulasi pengucapannya langsung di pahami sang Boss. Ia mengerti bahwa
anak buahnya sementara mengucapkan “F*** You”. Atasannya itu pun berkata
“Hey, it sounds like you f*** me up ha?”
Kalau di Jawa konon apabila dalam kereta api yang penuh
jejal penumpang, lalu ada penumpang yang lagi duduk di lantai. Namun tanpa
sengaja tiba-tiba ada kaki penumpang lain yang kebetulan lewat dan mengenai
wajah yang lagi duduk tersebut. Apa yang dilakukan oleh orang yang mulutnya
kena sepatu itu? Bukannya berdiri dan berteriak “Hei! Mata elo kemana sih?”
Tapi menurut cerita ia cuma ngedumel sendiri,
“E,
lha kok sial banget. Dalan sambel kok dadi tumpakan sikil.” Biasanya
jadi jalan sambel kok sekarang jadi pijakan kaki. Kalau di Amerika lain,
apalagi kalau lagi di daerah Bronx dan Brooklyn ,
yang ada justru wajah orang yang nginjak
itu babak-belur sembari menerima kalimat “Yo’re F****** A** H***!” Di New
York telinga saya sampai bosan mendengar kata-kata makian seperti itu. Usia
belasan tahun pun fasih lidahnya mengucapkan segala macam jenis makian. Yang
bagi kita tabu, bagi mereka lumrah dan biasa. Yang bagi kita terlalu kasar,
bagi mereka masih halus. Memang karakter budaya turut membentuk cara kita
berbicara dan berbahasa. Tak kelirulah: Bahasamu
adalah cerminan dirimu dan hatimu. Mulutmu
adalah cerminan karaktermu.
Sekarang mari kita menerobos lebih dalam melihat berbagai
keunikan dan “keliru”nya bahasa tersebut. Ketika orang Amerika menyebut Blind
Worm itu bukan menunjukkan pada cacing yang buta, atau ada hubungannya
dengan kebutaan, tapi artinya adalah seekor cicak dengan dua mata yang
menonjol. Atau Glass Snake, itu juga bukan ular yang terbuat dari kaca tapi
merupakan seekor jenis lain dari cicak. Lalu apakah jenis binatang bernama Prairie
Dog itu? Apakah seekor anjing? Ternyata bukan. Itu adalah binatang
pengerat. Bagaimana dengan Titmouse? Ooh, jangan bilang kalau
itu tikus, sebab binatang tersebut adalah burung kecil. Anda pernah dengar Lady
Bird? Binatang itu bukanlah burung melainkan kumbang. Cuttle
Fish juga bukan ikan tapi gurita. Flying Fox bukan musang yang bisa
terbang, ia sesungguhnya adalah kelelawar besar.
Suatu hari saya pernah ditawarin Beef Tea lewat HP oleh
seorang teman, saya pikir-pikir kok belum pernah rasanya saya mencicipi teh
dari sapi atau teh rasa daging sapi? Ooh ternyata kembali keliru, maksudnya Beef Tea adalah ekstrak daging sapi.
Bukan teh manis rasa sapi!
Kalau Anda kebetulan belanja di berbagai toko atau supermarket di New York dan New Jersey
seperti Shoprite, Wallmart, Target,
Macy’s, Wallgreens, Pathmark, Home Depot, dan masih banyak lagi, jangan
bingung kalau Anda melihat beberapa item
seperti ini: Kid Gloves, itu bukan berarti sarung tangannya lagi beranak
atau mempunyai anak. Kid Gloves
adalah sarung tangan yang terbuat dari kulit anak domba. Ada
juga barang yang dijual bernama Panama Pat, ternyata topi itu bukan
dibuat di Panama
melainkan di Ekuador. French Beans? Bukan dari Perancis
tapi dari India .
Pickaxe
bukan kapak melainkan beliung. Camel Hair Brush ternyata tidak
terbuat dari rambut onta tapi dari rambut tupai. Coffee Berry bukanlah
buah Berry
tapi suatu bibit tanaman. Steel Yard bukanlah halaman dan
bukan juga baja melainkan sebuah regulator atau timbangan
Cara dan kemampuan kita menangkap dan memahami suatu bahasa
akan menentukan langkah berikut, atau apa yang akan terjadi berikutnya. Dalam
suatu meeting, atasan saya pernah
mengatakan “How many percent of scrap is our goal?” Ada
seorang kawan dari Afrika mengartikannya salah, ia mendengar kalimat itu
sebagai “How many percent of crap is our gold?” Lucu dan menggeletik. Kalimat itu menjadi tidak masuk
akal, tapi ia memang mengira kalimat itu berbunyi demikian. Sampai keringetan
kawan saya dipelototin big boss.
Seperi juga kisah nyata di tahun 1851, ketika kudeta
Napoleon III, salah seorang ajudannya melaporkan bahwa orang banyak sedang
menyerang. Nah, sang Pengawal Kerajaan, Count de St. Arnauld, yang baru saja
terserang batuk dan mengalami batuk-batuk berseru “ma sacree toux!” artinya
batuk sialan!. Rupa-rupanya sang
ajudan keliru menangkapnya sebagai “massacrez tous” artinya bantai semua orang! Maka diberikanlah
perintah untuk menembak hingga ribuan nyawa pun melayang. Memahami betul dan
memaknai secara benar suatu bahasa ternyata sangat penting. Lebih baik untuk
tidak cepat-cepat merespon sesuatu yang kita belum pahami atau mengerti benar.
Mengakhiri tulisan ini, saya paling doyan makan di berbagai
restoran yang ada di state. Banyak
jenis dan ragamnya. Saya sudah pernah mencoba restoran dari banyak negara.
Korea, Vietnam, China, Perancis, Thailand, Malaysia, Jepang, Italy, Meksiko,
Pakistan, India, Indonesia dan banyak lagi. Semuanya berbeda. Tapi mereka semua
memiliki satu kesamaan. Setiap habis makan kita harus memberikan TIP. Beda dengan di Indonesia . Di New York (Amerika)
TIP adalah keharusan. Anda makan tidak memberi TIP siap-siap untuk diteriakin.
Bahkan ada restoran yang sudah menentukan berapa yang harus Anda berikan. Tapi
saya ragu para pelayan rumah-rumah makan tersebut mengerti benar apa artinya
TIP. Saya pernah bilang, kalian jangan hanya mau enaknya doang nerima TIP tapi pelayanan nggak
becus. Di salah satu rumah makan Vietnam , saya memesan air putih,
sampai makanan sudah mau habis tapi air putihnya tidak datang-datang, padahal
rumah makannya lagi sepi. Mungkin mereka belum tahu bahwa TIP ternyata berasal
dari singkatan To Insure Promptness. (Untuk memastikan pelayanan yang segera).
Bukannya kita sudah ngasih TIP, eeh
besoknya pelayanan tambah jelek dan lamban!
***
“Masalah sebagian besar orang bukanlah
ketidaktahuan mereka, melainkan kecenderungan mereka untuk mengetahui demikian
banyak hal yang tidak benar.”---Josh
Billings.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar